3 Juni 2023

EUR/USD: Akankah Dolar Kembali ke Pertumbuhan Stabil?

Prakiraan Forex dan Cryptocurrency Untuk Tanggal  05 - 09 Juni 20231

  • Dolar telah meningkat sejak tanggal 4 Mei. Indeks DXY mencapai angka 104.609 pada hari terakhir musim semi, tanggal 31 Mei. Indeks ini belum melonjak setinggi ini sejak bulan Januari 2023. Seperti yang telah kami sebutkan sebelumnya, dua faktor utama telah mendorong mata uang Amerika ke atas.

    Yang pertama adalah selera para investor terhadap dolar sebagai aset safe-haven, dipicu oleh ancaman gagal bayar AS. Namun, Senat memberikan suara untuk meloloskan undang-undang tentang batas utang publik pada minggu lalu. Akibatnya, ancaman gagal bayar akhirnya berlalu, yang telah meningkatkan sentimen pasar dan melemahkan permintaan dolar.

    Faktor kedua adalah antisipasi kenaikan lebih lanjut pada suku bunga utama Federal Reserve. Di tengah pernyataan hawkish dari para pejabat, kemungkinan FOMC (Komite Pasar Terbuka Federal) akan menaikkan suku bunga menjadi 5,5% pada pertemuan tanggal 14 Juni naik di atas 60% pada akhir bulan Mei.

    Namun, seperti lagu lama, "hati yang cantik cenderung berubah dan plin-plan". Yang pertama memainkan peran "keindahan" seperti itu adalah Wakil Presiden Federal Reserve yang baru, Philip Jefferson, yang secara halus mengisyaratkan perlunya jeda dalam proses pengetatan moneter. Selanjutnya, Patrick Harker, presiden Federal Reserve Bank of Philadelphia, langsung menyatakan bahwa "kita harus melewatkan kenaikan suku bunga setidaknya pada pertemuan bulan Juni". Kemudian, Harker melangkah lebih jauh dan menyarankan untuk melewatkan setiap pertemuan FOMC lainnya, termasuk pertemuan di bulan Juni. Pelaku pasar segera mengingat Jerome Powell, kepala Federal Reserve, yang juga menyebutkan jeda.

    Data ekonomi makro AS yang kuat dapat membantu dolar. Namun, laporan ketenagakerjaan dari ADP yang dirilis pada hari Kamis, 1 Juni lalu menunjukkan, jumlah pekerjaan di sektor swasta turun dari 291 ribu pada bulan April menjadi 278 ribu pada bulan Mei. Sementara itu, jumlah klaim pengangguran awal, meski sedikit, meningkat dari 230 ribu menjadi 232 ribu. Pendinginan ekonomi juga ditunjukkan oleh turunnya Purchasing Managers' Index (PMI) ISM sektor manufaktur dari 47.1 menjadi 46.9. (Sebagai pengingat, jika PMI di bawah 50, hal ini menandakan kontraksi ekonomi, terutama jika tren tersebut bertahan selama beberapa bulan). Revisi substansial data biaya tenaga kerja per unit untuk Q1 2023, yang diturunkan dari 6,3% menjadi 4,2%, juga memicu ekspektasi dovish. Statistik yang lemah seperti itu menambah keraguan bagi pelaku pasar tentang kenaikan suku bunga lainnya pada tanggal 14 Juni. Akibatnya, menurut FedWatch Tool dari CME Group, kemungkinan terjadinya hal ini anjlok dari 60% menjadi sebesar 25%. Indeks DXY juga berbelok ke selatan.

    Jika statistik AS pada tanggal 1 Juni berlawanan dengan mata uang Amerika, data dari Eropa sehari sebelumnya, pada tanggal 31 Mei, sebaliknya, membantu EUR/USD mencapai level terendah 9 minggu di 1.0634. Indeks Harga Konsumen (IHK) menunjukkan bahwa inflasi di zona euro berada dalam tren menurun. Dengan nilai sebelumnya 7,0% dan perkiraan 6,3%, CPI aktual turun menjadi 6,1%. Jika kita berbicara tentang masing-masing negara, tingkat pertumbuhan harga konsumen di Italia turun dari 8,7% menjadi 8,1%, di Prancis - dari 6,9% menjadi 6,0%, dan di Jerman - dari 7,6% menjadi 6,3%. Di Spanyol, CPI jatuh ke level terendah dalam dua tahun.

    Pada saat yang sama, dengan penurunan inflasi, peluang pengetatan kebijakan moneter lebih lanjut yang agresif oleh Bank Sentral Eropa juga menurun. Meskipun, pada pertemuan berikutnya pada tanggal 15 Juni, ECB kemungkinan masih akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin (bp) menjadi 4,0%, bahkan setelah itu masih akan tetap di bawah suku bunga Federal Reserve saat ini sebesar 5,25%. Dan jika ECB berhenti di sana dan mengambil jeda, hal tersebut akan menghilangkan bulls atau kenaikan EUR/USD dari kartu truf penting.

    Statistik pasar tenaga kerja yang kuat, biasanya jatuh tempo pada hari Jumat pertama setiap bulan, yaitu pada tanggal 2 Juni, dapat membantu dolar menjelang akhir minggu. NFP (Non-Farm Payrolls) memenuhi harapan: jumlah pekerjaan baru yang tercipta di luar sektor pertanian, dengan nilai sebelumnya 294 ribu dan perkiraan turun menjadi 180 ribu, sebenarnya meningkat menjadi 339 ribu. Namun, indikator penting lainnya, tingkat pengangguran, mengecewakan investor: tingkat pengangguran di AS mencapai 3,7% di bulan Mei (3,4% di bulan April, perkiraan sebesar 3,5%).

    Menyusul laporan ketenagakerjaan yang ambigu, pasangan ini mengakhiri periode lima hari di level 1.0707. Mengenai prospek jangka pendek, pada saat penulisan ulasan, pada malam tanggal 2 Juni, perkiraannya senetral mungkin: sebanyak 50% analis memperkirakan pasangan ini bergerak ke utara, dan banyak juga yang mengharapkannya bergerak ke selatan. Baik di antara indikator tren dan osilator pada D1, keuntungan substansial ada di sisi dolar - sebanyak 85% masing-masing berwarna merah, dengan 15% di sisi hijau. Di antara indikator tren, sebanyak 85% berpihak pada merah (15% berpihak pada hijau). Support atau dukungan terdekat pasangan ini terletak di sekitar 1.0680, diikuti oleh zona dan level di 1.0620-1.0635 dan 1.0490-1.0525. Bulls atau kenaikan akan menemui resistance di sekitar 1.0745-1.0707, kemudian 1.0800-1.0835, 1.0865, 1.0895-1.0925, 1.0985, 1.1045, dan 1.1090-1.1110.

    Untuk kalender minggu mendatang, perlu dicatat pada hari Senin, 5 Juni, ketika IMP Sektor Jasa (Purchasing Managers Index) ISM untuk AS akan diketahui. Prospek Pasar Energi EIA (Energy Information Administration's atau Administrasi Informasi Energi) dan data cadangan minyak mentah AS dapat menyebabkan beberapa volatilitas pada hari Selasa dan Rabu. Selain itu, volume penjualan ritel zona euro akan diumumkan pada hari Selasa, 6 Juni. Kamis, 8 Juni juga bisa sangat fluktuatif, dengan data PDB (Produk Domestik Bruto) atau GDP dari zona euro dan tingkat pengangguran AS.

GBP/USD: Inflasi Inggris Mendorong Pound Ke Atas

  • Selama seminggu terakhir, pound telah memulihkan semua penurunannya dari tanggal 12 Mei hingga 25 Mei. Hal ini terjadi setelah angka inflasi minggu lalu di Inggris mengejutkan pasar dengan kenaikan yang tidak terduga. Perilisan bulan April melaporkan kenaikan harga konsumen sebesar 1,2%, dibandingkan dengan kenaikan 0,8% yang tercatat sebulan sebelumnya. Indeks Harga Konsumen inti mencapai tertinggi multi-tahun, mencapai 6,8% YoY, melebihi prediksi 6,2%. Meskipun inflasi tahunan telah melambat dari 10,1% menjadi 8,7%, namun masih melebihi perkiraan 8,2%. Hal ini adalah level terendah 13 bulan, tetapi masih jauh di atas level target. Secara khusus, inflasi makanan mencapai 19,1%, tingkat yang belum pernah terlihat sejak tahun 1977. Angka ini sangat berdampak pada rumah tangga berpendapatan rendah, memaksa mereka membelanjakan lebih banyak untuk makanan dan lebih sedikit untuk barang dan jasa lainnya.

    Kanselir Menteri Keuangan Inggris Jeremy Hunt telah menyatakan perlunya melanjutkan jalur kebijakan moneter yang hawkish, meskipun risiko resesi meningkat. Pejabat itu mencatat bahwa pemulihan ekonomi hanya mungkin terjadi jika inflasi sepenuhnya dikalahkan. Akibatnya, investor menjadi lebih yakin bahwa Bank of England (BoE) akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan berikutnya, dan kemungkinan besar tidak akan berhenti di situ.

    Terdapat faktor lain yang memungkinkan GBP/USD mencapai 1.2544 pada tanggal 2 Juni. Jika dolar memperkuat posisinya dengan penuh semangat pada pertengahan bulan Mei, minggu lalu mata uang AS berada di bawah tekanan jual (alasannya telah disebutkan sebelumnya), yang memfasilitasi reli dari GBP/USD. Setelah perilisan data pasar tenaga kerja AS, pasangan ditutup pada 1.2450.

    Dalam situasi saat ini, perkiraan rata-rata analis terlihat sebagai berikut: sebanyak 45% ahli mempertahankan prospek bullish, 30% lebih memilih bears, dan persentase yang sama (25%) memilih untuk tidak berkomentar. Di antara osilator pada D1, hanya 15% yang merekomendasikan penjualan, 50% ditetapkan untuk dibeli, dan 35% dicat dengan warna abu-abu netral. Di antara indikator tren, keseimbangan kekuatan antara hijau dan merah adalah 85% hingga 15% mendukung hijau.

    Jika pasangan ini bergerak ke selatan, level dan zona support-nya adalah 1.2390-1.2420, 1.2300-1.2330, 1.2275, 1.2200-1.2210. Jika pasangan ini naik, maka akan menemui resistance di level 1.2480, 1.2510, 1.2540, 1.2570, 1.2610-1.2635, 1.2675-1.2700, 1.2820, dan 1.2940.

    Indeks Aktivitas Bisnis (PMI) Gabungan, serta PMI di sektor jasa Inggris akan dipublikasikan minggu depan, pada hari Senin, 5 Juni. Gambaran aktivitas bisnis akan dilengkapi dengan PMI di sektor konstruksi negara tersebut pada keesokan harinya, Selasa, 6 Juni.

USD/JPY: Pasangan Mencari Jalan Kembali ke Bumi

  • Pada ulasan sebelumnya bagian ini berjudul "USD/JPY Menerima 'Tiket ke Bulan'". Adapun yang sekarang, dapat disebut "Pasangan Mencari Jalan Kembali ke Bumi". Atau setidaknya, pasangan sedang mencoba untuk melakukannya, membenarkan perkiraan yang diberikan oleh sebesar 75% analis seminggu yang lalu Jika pasangan ini mencapai maksimumnya selama periode lima hari terakhir (dan enam bulan terakhir) pada tanggal 30 Mei di ketinggian 140.92, minimum pada tanggal 1 Juni adalah 250 poin lebih rendah, di 138.42 Namun, ambisi untuk meraih bintang kembali mengambil alih, dan pasangan ini selesai di level 139.95.

    Jelas bahwa penguatan yen dalam beberapa hari terakhir secara langsung terkait dengan melemahnya dolar. Namun, jika menyangkut prospek masa depan, semuanya sangat tidak jelas dan tidak pasti. Mari kita kutip beberapa pernyataan.

    Berbicara di Parlemen, Gubernur dari Bank of Japan (BoJ) Kazuo Ueda mengatakan akan membutuhkan waktu untuk mencapai target pertumbuhan harga 2,0%. Beliau juga menambahkan bahwa beliau tidak dapat menentukan kapan target ini akan tercapai. Selain itu, kepala BoJ percaya bahwa menetapkan garis waktu yang ketat untuk mencapai tujuan ini dapat menyebabkan konsekuensi yang tidak terduga bagi pasar dan karenanya tidak diinginkan.

    Pada hari Jumat, 2 Juni, pernyataan juga dikeluarkan oleh Menteri Keuangan Jepang, Shunichi Suzuki. Menurutnya, pergerakan kurs mata uang ditentukan oleh pasar dan berbagai faktor. Beliau juga menyebutkan: "Yen yang lemah memiliki berbagai dampak pada perekonomian Jepang". Namun, sang Menteri tidak merincikan apa yang dimaksud dengan "berbagai faktor" tersebut dan "berbagai dampak" yang dimaksud.

    Dalam situasi saat ini, ekonom di ING, grup perbankan terbesar di Belanda, memercayai bahwa "USD/JPY tampak dinilai terlalu tinggi dibandingkan dengan kondisi perdagangan, yang sekarang jauh lebih menguntungkan bagi yen dibandingkan tahun lalu." Mereka juga mencatat bahwa "masih ada risiko bahwa Bank of Japan akan memberikan kejutan pada tanggal 16 Juni, selanjutnya menormalkan kebijakan kontrol kurva imbal hasil," yang akan menjadi faktor positif bagi yen.

    Ahli strategi dari Wells Fargo, salah satu dari "empat besar" bank AS, juga relatif optimis tentang masa depan mata uang Jepang, mengharapkan yen menjadi penerima manfaat utama dari pelemahan dolar AS. Mereka memercayai bahwa "Bank of Japan akan menyesuaikan kebijakannya pada Q4 2023 untuk menormalisasi lebih lanjut dari pasar obligasi pemerintah," yang dapat memberikan peluang penguatan yen pada akhir tahun. "Penguatan yen juga harus didukung oleh akhir siklus pengetatan bank sentral global dan transisi ke pelonggaran global, serta resesi di AS pada paruh kedua tahun 2023," kata ahli strategi Wells Fargo. "Kami menargetkan kurs USD/JPY di 136.00 pada akhir 2023 dan 129.00 pada akhir 2024." (akhir kutipan).

    Adapun pasangan ini dalam waktu dekat, suara analis didistribusikan sebagai berikut. Pada titik ini, sebanyak 65% dari mereka mengharapkan penguatan mata uang Jepang lebih lanjut dan pergerakan pasangan ke selatan. Hanya sekitar 25% ahli yang memilih kenaikan dolar, dan 10% sisanya mengambil posisi netral. Di antara indikator-indikator pada D1, keunggulan absolut ada di sisi dolar: 100% indikator tren dan 85% osilator mengarah ke utara (10% menandakan kondisi overbought atau jenuh beli). Sebanyak 15% sisanya dari osilator mengarah ke selatan. Level support atau dukungan terdekat berada di area 139.45, diikuti level dan zona 138.75-139.05, 137.50, 135.90-136.10, 134.85-135.15, 134.40, 133.60, 132.80-133.00, 132.00, 131.25, 130.50-130.60 dan 129.65. Resisten terdekat adalah 140.90-141.00, maka bulls atau kenaikan perlu mengatasi rintangan di level 142.20, 143.50 dan 144.90-145.10. Dan dari sana tidak jauh dari tertinggi bulan Oktober 2022 di 151.95.

    Tidak terdapat informasi ekonomi yang signifikan mengenai ekonomi Jepang yang diantisipasi dalam minggu mendatang. Pengecualiannya adalah hari Kamis, 8 Juni, ketika volume PDB Jepang untuk Q1 2023 akan diumumkan.

CRYPTOCURRENCIES: Sebuah Prakiraan yang Cukup Positif untuk Bitcoin

  • Setelah memantul dari support $25.850 pada tanggal 25 Mei, bulls atau kenaikan melancarkan serangan, menanamkan harapan di hati para investor. Namun, kekuatan mereka terbukti tidak cukup untuk mencapai level resistensi $29.000. Puncak lokal tercatat pada tanggal 29 Mei di $28.433, setelah itu BTC/USD mundur ke dukungan $26.500, membuat para investor kecewa.

    Dinamika ini kemungkinan dipicu oleh spekulasi seputar utang pemerintah AS. Meskipun, setelah memeriksa grafik, tidak ada korelasi langsung dengan indeks saham (S&P500, Dow Jones, dan Nasdaq), juga tidak ada korelasi terbalik dengan Indeks Dolar (DXY) yang diamati pada harga bitcoin.

    Setelah peristiwa signifikan dan penuh gejolak di ruang crypto pada tahun 2022 dan awal 2023, seperti kehancuran FTX pada bulan November dan banyak kebangkrutan lainnya, termasuk Celcius, Voyager Digital, dan Three Arrows Capital, bitcoin berhasil memulihkan kerugiannya dan tumbuh lebih dari 60% . Namun, masa tenang pun terjadi selama sebelas minggu. Analis cryptocurrency terkenal Ton Vays percaya bahwa cryptocurrency terkemuka sedang menyelesaikan fase konsolidasinya, dengan banyak investor sudah "membeli penurunan bitcoin," menunjukkan bahwa BTC sedang bersiap untuk pertumbuhan lebih lanjut. Namun, untuk mencapai hal ini, ia harus mengatasi resistensi di level $30.000. Jika "bulls" berhasil, BTC akan mencapai harga tertinggi baru.

    “Ini memang saatnya bitcoin tumbuh,” kata Vays. "Namun, melihat grafik mingguan, bulls kekurangan kekuatan. [...] Masih ada waktu untuk mengatasi resistensi. Kita perlu melampaui $30.000, membalikkan indikator Lucid SAR, dan kemudian kita akan naik ke $34.000, di mana resistensi lain menunggu." (Untuk referensi: Indikator Lucid SAR adalah variasi dari Parabolic SAR. Ini adalah indikator mengikuti tren yang menggabungkan harga dan waktu untuk menghitung tren dan menentukan titik masuk dan keluar.)

    Menurut analis di JPMorgan, harga bitcoin diperkirakan akan naik menjadi $45.000. Hal ini ditunjukkan oleh harga emas saat ini, yang mendekati $2.000 per ons. Analis mencatat bahwa kedua aset ini biasanya bergerak bersamaan. Berdasarkan perhitungan ahli strategi JPMorgan, nilai emas fisik yang disimpan di luar bank sentral saat ini diperkirakan sekitar $3 triliun. Hal ini menyiratkan harga emas digital, atau bitcoin, sekitar $45.000 per koin, dengan asumsi volume bitcoin dalam portofolio investor swasta cocok dengan logam mulia.

    Namun, analis di JPMorgan memandang $45.000 sebagai batas atas harga bitcoin, menunjukkan potensi aset yang terbatas. Perhitungan ini tidak memperhitungkan proses halving (pembagian dua) dan meningkatnya biaya penambang. Halving yang akan datang pada tahun 2024 akan secara otomatis menggandakan biaya penambangan bitcoin menjadi sekitar $40.000, dan secara historis, angka ini telah berfungsi sebagai batas bawah harga aset.

    Ketika berbicara tentang penambang, situasinya ada dua. Dalam mengejar keuntungan, mereka berkontribusi pada meningkatnya kesulitan komputasi. Selama lima bulan terakhir tahun 2023, tingkat kesulitan meningkat sebesar 45%, sama dengan pertumbuhan yang terlihat sepanjang tahun 2022. Kenaikan harga bitcoin pada Q1 tahun ini menambah optimisme di kalangan para penambang, membuat mereka aktif memperluas komputasi mereka. kekuatan. Namun, hal ini memiliki efek sebaliknya, karena kesulitan yang meningkat berdampak pada profitabilitas penambangan, menurunkannya ke level yang terlihat pada tanggal 13 Januari ketika BTC diperdagangkan pada $19.000.

    Mantan CEO BitMEX, Arthur Hayes, percaya bahwa tahun 2023 akan sangat fluktuatif untuk bitcoin karena tindakan Federal Reserve System (FRS) di Amerika Serikat. Namun, beliau tidak mengharapkan cryptocurrency mencapai level tertinggi baru sepanjang masa tahun ini. Hayes menyatakan, "Menurut saya bitcoin tidak akan mencapai $70.000 tahun ini. Kemungkinan besar, kita akan melampaui level itu tahun depan setelah halving. Bitcoin akan terus tumbuh pada tahun 2025 dan 2026. Dan kemudian, saya mengantisipasi kiamat. Situasi ini akan terjadi ketika paling tidak diharapkan... Kita saat ini sedang duduk di tong mesiu: AS telah mencetak sejumlah besar uang, ada kurangnya kepercayaan pada mereka, dan orang-orang berusaha mencari nafkah untuk diri mereka sendiri," Hayes menyimpulkan.

    Analis populer Credible Crypto tidak setuju dengannya. Menurut pendapatnya, bitcoin dapat mereplikasi gelombang pertumbuhan impulsif yang diamati pada siklus bullish sebelumnya dan menetapkan rekor harga baru pada awal tahun 2023. "Saya terus mendengar bahwa bitcoin tidak mungkin mencapai level tertinggi baru sepanjang masa tahun ini. Tetapi saya pikir kita perlu membandingkannya dengan dorongan terakhir di tahun 2020. Ingatlah bahwa bitcoin membutuhkan waktu sekitar tiga bulan untuk melampaui level $10.000. Namun dalam dua bulan berikutnya, bitcoin meningkat lagi sebesar 90%. Dan hanya empat bulan kemudian, ditetapkan rekor harga baru, tumbuh lima kali lipat dari $10.000. Jadi, jangan beri tahu saya bahwa tidak ada yang mustahil untuk bitcoin. Kita akan melihatnya di level tertinggi baru, kemungkinan besar tahun ini," Credible Crypto meledak dengan optimisme.

    Publikasi dari Business Insider juga menaruh minat pada perkiraan ahli tentang apa yang mungkin terjadi pada cryptocurrency terkemuka pada akhir tahun 2023. Charmyn Ho, Kepala Analisis di pertukaran crypto Bybit, percaya bahwa bitcoin tidak akan dapat mencapai titik tertinggi baru sampai lingkungan ekonomi makro menjadi lebih jelas. Itu semua tergantung pada perkiraan potensi resesi di AS, Eropa, dan ekonomi utama lainnya karena kurva imbal hasil terbalik dikombinasikan dengan berbagai faktor ekonomi makro yang tidak menguntungkan lainnya, seperti inflasi. Faktor halving juga harus diperhitungkan, meskipun diperkirakan akan terjadi pada bulan April 2024.

    Menurut Jagdeep Sidhu, Presiden dari Syscoin Foundation, meskipun terjadi beberapa badai crypto, ketahanan ekosistem tetap terlihat. Pasar telah pulih dari abu FTX, dengan kemampuannya yang melekat untuk menyerap guncangan dan berkembang. Jika inflasi di AS menurun dan ada lebih banyak kejelasan dalam mengatur aset digital, bitcoin dapat mencapai angka $38.000 pada akhir tahun, yang kira-kira 40% lebih tinggi dari level saat ini.

    Menurut skenario yang disajikan oleh Tim Shan, Chief Operating Officer dari pertukaran crypto Dexalot, bitcoin diperkirakan akan diperdagangkan dalam kisaran $25.000 hingga $32.000 pada akhir tahun 2023. Namun, jika inflasi tetap tinggi, mungkin akan kembali ke posisi terendah yang terlihat pada awal tahun ini.

    David Uhryniak, Direktur Pengembangan Ekosistem di TRON, yakin bitcoin akan menyelesaikan tahun ini di atas $35.000. Menurutnya, para trader tidak terburu-buru untuk menginvestasikan sejumlah besar uang dan ingin melihat ke arah mana cryptocurrency terkemuka dan pasar secara keseluruhan akan bergerak. Pada Q4 2023, sebagian besar ketidakpastian akan hilang.

    Pasar cryptocurrency tidak hanya bergantung pada bitcoin. Sudah lama sejak kita membahas cryptocurrency terpenting kedua, ethereum. Altcoin ini juga menunjukkan volatilitas yang tinggi, dan hasil investasi sangat bergantung pada titik masuknya. Misalnya, harga koin naik dari $90 menjadi $4.855 dari bulan Maret 2020 hingga November 2021, keuntungan lebih dari 50 kali lipat. Namun, harganya turun menjadi $880 pada bulan Juni 2022, kehilangan 80% nilainya. Melihat pengembalian dari awal 2018 hingga saat ini, mereka berdiri pada 30%.

    Peneliti dari VanEck telah mempresentasikan tiga skenario harga untuk ethereum selama tujuh tahun. Dalam skenario kasus dasar, koin akan bernilai $11.849 pada tahun 2030. Dalam skenario bullish, ETH bisa mencapai $51.006, sedangkan dalam skenario bearish yang tidak menguntungkan, ethereum akan anjlok ke $343. “Perkiraan kami didasarkan pada asumsi bahwa ethereum akan menjadi jaringan global yang dominan untuk transaksi, menjadi tuan rumah bagi sebagian besar sektor bisnis yang paling menguntungkan. Platform dominan kemungkinan besar akan merebut pangsa pasar terbesar,” tulis analis VanEck.

    Laporan tersebut juga mencatat bahwa ethereum kemungkinan besar akan menjadi penyimpan kekayaan, seperti halnya bitcoin, tetapi dengan beberapa perbedaan. “Kami berpendapat bahwa ETH lebih dari sekadar mata uang transaksional atau minyak atau gas seperti komoditas. Kami yakin koin tersebut bukanlah penyimpan nilai penuh seperti bitcoin, karena potensi perubahan kode di ethereum dan utilitas proyek-posisi fokus. Namun demikian, mata uang kripto ini dapat menjadi aset simpanan bagi organisasi pemerintah yang ingin memaksimalkan sumber daya manusia."

    Namun, menurut ahli strategi JPMorgan, ancaman utama terhadap altcoin nomor satu ini berasal dari organisasi pemerintah. Tekanan dan aktivitas penjualan merekalah yang menjadi tantangan bagi ethereum, dan dalam waktu dekat, mungkin tertinggal dari bitcoin dalam hal pertumbuhan. Hal ini menjadi sangat nyata setelah Ketua SEC Gary Gensler menyatakan bahwa "segala sesuatu selain bitcoin" termasuk dalam undang-undang sekuritas. "Token kripto dan sekuritas kripto akan diatur dan bahkan mungkin tidak ada lagi. Bitcoin adalah satu-satunya komoditas yang tidak ingin diatur oleh SEC. Bitcoin adalah jaringan teraman dan aset teraman," komentar CEO MicroStrategy, Michael Saylor, atas pernyataan Gensler.

    Pada saat ulasan ini ditulis pada Jumat malam, 2 Juni, BTC/USD diperdagangkan pada $27.155, dan ETH/USD diperdagangkan pada $1.900. Total kapitalisasi pasar cryptocurrency mencapai $1,149 triliun ($1,123 triliun seminggu yang lalu). Dominasi Bitcoin di pasar adalah sebesar 47,51%, sementara ethereum menyumbang sebesar 20,65%. Indeks Ketakutan & Keserakahan Crypto tetap relatif tidak berubah selama tujuh hari terakhir dan saat ini berada di zona Netral pada 50 poin (dibandingkan dengan 49 poin seminggu yang lalu).

 

NordFX Analytical Group

 

Pemberitahuan: Materi-materi ini bukanlah rekomendasi atau pedoman investasi untuk bekerja di pasar keuangan dan dimaksudkan hanya untuk tujuan informasi saja. Perdagangan di pasar keuangan berisiko dan dapat mengakibatkan hilangnya dana yang didepositkan sepenuhnya.


« Analisis pasar dan berita
Menerima
Pelatihan
Baru terhadap pasar? Gunakan bagian "Memulai".
Mulai Perdagangan
Ikuti kami